PERILAKU DAN PERBEDAAN INDIVIDUAL
Teori
Kepribadian Individual
A. Argumentasi Pro
Para teorikus kepribadian individu
berpendapat bahwa terdapat perbedaan kepribadian individu yang tidak hanya
sementara tetap. Perbedaan ini diyakini konsisten sepanjang waktu dan dalam
seluruh situasi.
B. Argumentasi Kontra
Tori kepribadian individu dipandang terlalu sempit oleh orang-orang
B.F Skinner, ahli ilmu perilaku yang terkenal pendekatan skinner dan pendekatan
psikologi sosial lainnya sangat berbeda, tetapi semuanya memiliki seperangkat
asumsi yang sama yang bertentangan dengan asumsi perbedaan individu.
Dasar Pemahaman Perilaku
Pengamatan
dan analisis manajer tentang perilaku dan prestasi individu memerlukan
pertimbangan ketiga perangkat variabel yang secara langsung mempengaruhi
perilaku individu dan hal-hal yang dikerjakan pegawai yang bersangkutan
(umpamanya menghasilkan keluaran, menjualmobil, memperbaiki mesin). Ketiga
perangkat variabel tersebut dikelompokan dalam individu, psikologis dan
keorganisasian. Di dalam setiap perangkat terdapat sejumlah subperangkat. Contohnya,
variabel individu mencangkup kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan
variabel demografis. Gambar 3 – 1 menunjukkan bahwa perilaku pegawai bersifat
kompleks, karena perilaku tersebut dipengruhi oleh berbagai variabel
pengalaman. Gambar 3 – 1 menyajikan beberapa faktor seperti kemampuan dan
keterampilan pegawai, bakat psikologis pegawai, dan tanggapan pegawai terhadap
variabel keorganisasian seperti imbalan (balas jasa) yang diberikan dan pola
pekerjaan yang bersangkutan.
Apakah manajer dapat mengubah, membentuk, atau menata kembali
perilaku merupakan masalah yang banyak diperdebatkan para ahli ilmu perilaku
dan manajer praktikus. Sebagai contoh, pernah disepakati bahwa perubahan setiap
variabel psikologis memerlukan diagnosis, keahlian, kesabaran, dan pemahaman
manajer. Tetapi tidak ada metode universal berupa kesepakatan, yang dapat
digunakan oleh manajer untuk mengubah kepribadian, sikap, persepsi, atau pola
belajar. Pola perilaku orang selalu berubah, meskipun hanya sedikit. Dan setiap
manajer tentunya ingin mengadakan perubahan perilaku yang menghasilkan prestasi
yang lebih baik.
Perilaku manusia terlalu kompleks untuk diterangkan dengan suatu
penyamarataan yang dapat diterapkan untuk semua orang. Oleh karena itu, hanya
percontoh dari beberapa variabel yang relevan mempengaruhi perilaku manusia
yang disajikan dalam Gambar 3 – 1. Meskipun demikian, lingkupan setiap variabel
yang disajikan dalam gambar tersebut adalah diluar cakupan buku ini. Sebagian
besar perhatian kita akan dipusatkan pada tiga variabel psikologis utama, yaitu
persepsi, sikap, dan kepribadian. Variabel belajar dan motivasi akan dibahas
dalam Bab 4 dan Bab 5. Penyajian variabel organisasi akan ditemukan pada
bab lain buku ini.
Gambar
3-1
Variabel
yang Mempengaruhi Perilaku dan Prestasi
Gambar 3 – 1 menunjukkan bahwa praktek manajerial yang efektif
menghendaki agar perbedaan perilaku individual diakui, dan jika mungkin
dipertimbangkan ketika bertugas menangani perilaku organisasi. Untuk memahami perbedaan
individu, seorang manajer harus (1) mengamati dan mengakui
perbedaan tersebut, (2) mempelajari hubungan antara variabel yang mempengaruhi
perilaku individu, dan (3) menemukan hubungan tersebut. Sebagai contoh, seorang
manajer akan berada pada posisi yang baik dalam mengambil keputusan, jika ia
mengetahui sikap, persepsi, dan kemampuan mental pegawai, dan kaitan variabel
tersebut dengan variabel lainnya. Juga penting diketahui pengaruh masing-masing
variabel terhadap prestasi. Jika mampu mengamati perbedaan tersebut, memahami
hubungannya, dan meramalkan pertaliannya, usaha manajerial untuk meningkatkan
prestasi akan menjadi lebih mudah.
Perilaku seperti yang disajikan dalam Gambar 3 – 1 adalah sesuatu
yang dikerjakan orang. Berbicara dengan manajer, mendengarkan saran rekan sekerja,
menyusun laporan, mengetik memo, dan menempatkan unit barang yang
siap ke dalam gudang adalah “perilaku”. Juga melamun, membaca buku ini, dan belajar bagaimana
menggunakan sistem akuntansi perusahaan, semuanya termasuk perilaku. Kerangka
kerja yang umum menunjukkan bahwa perilaku tergantung pada tipe variabel
seperti pada Gambar 3 – 1. Jadi, apabila dinyatakan bahwa B = f (I, O, P),
berarti bahwa perilaku seorang pegawai adalah fungsi dari individu (I),
organisasi (O), dan variabel psikologis (P). Perilaku yang menghasilkan
pekerjaan merupakan keunikan masing-masing orang, proses yang melandasinya sama
bagi setiap orang.
Setelah bertahun-tahun teori dan riset
dikembangkan, akhirnya secara umum disepakati bahwa:
1. Perilaku timbul karena sesuatu sebab .
2. Perilaku diarahkan kepada tujuan
3. Perilaku yang dapat diamati masih dapat
diukur
4. Perilaku yang tidak langsung dapat
diamati (seperti berfikir, berpersepsi) juga penting dalam mencapai tujuan
5. Perilaku bermotivasi
Hasil yang diharapkan
dari setiap perilaku pegawai ialah prestasi. Salah satu tugas penting manajer
adalah merumuskan prestasi lebih dahulu, yaitu menentukan hasil apa yang
diharapkan. Dalam organisasi, variabel individu, keorganisasian, dan psikologis
tidak hanya mempengaruhi perilaku tetapi juga prestasi. Perilaku yang
berhubungan dengan prestasi adalah perilaku yang berkaitan langsung dengan
tugas-tugas pekerjaan dan yang perlu diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu
pekerjaan. Bagi seorang manajer, hubungan prestasi perilaku mencakup berbagai
tindakan, seperti pengidentifikasian masalah perencanaan, pengorganisasian dan
pengendalian pekerjaan pegawai; dan menciptakan iklim motivasi bagi pegawai.
Karena perhatian
manajer dipusatkan kepada perilaku yang berhubungan dengan prestasi, ia berusaha
mencari cara untuk mencapai prestasi optimal. Jika pegawai tidak berprestasi
baik atau konsisten, manajer harus menyelidiki masalah tersebut. Ada enam
pertanyaan yang dapat membantu manajer memusatkan perhatian atas masalah
prestasi.
- Apakah pegawai mempunyai keahlian dan keterampilan untuk melaksanakan pekerjaan ?
- Apakah pegawai mempunyai sumber yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ?
- Apakah pegawai sadar akan masalah prestasi ?
- Kapankah masalah prestasi itu muncul ?
- Apakah reaksi rekan sekerja pegawai yang bersangkutan atas masalah prestasi ?
- Apakah yang dapat saya (manajer) lakukan untuk membantu menanggulangi masalah prestasi ?
Pertanyaan-pertanyaan
tersebut dan jawabannya menunjukkan kerumitan perbedaan perilaku individu dan
prestasi mereka. Hal itu juga menunjukkan bahwa jika masalah prestasi dapat di
identifikasi, diperlukan bentuk-bentuk tindakan manajerial.
Variabel Individu
Variabel
individu yang disajikan pada Tabel 3 – 1 digolongkan atas kemampuan dan
keterampilan, latar belakang, dan demografis. Setiap golongan variabel membantu
menerangkan perbedaan perilaku dan prestasi. Akan tetapi, hanya kemampuan dan
keterampilan yang akan dibahas dalam bab ini.
Kemapuan dan Kerampilan
Beberapa
pegawai, meskipun dimotivasi dengan baik sama sekali tidak mempunyai kemampuan
atau keterampilan untuk bekerja dengan baik. Kemampuan dan keterampilan
memainkan peranan utama dalam perilaku dan prestasi individu.
Kemampuan ialah sifat (bawaan lahir atau
dipelajari) yang memungkinkan seseorang melakukan sesuatu yang bersifat mental
atau fisik.
Tabel 3 – 1
Kemampuan Mental = Intelegensia
Kemampuan Mental
|
Uraian
|
|
1.
|
Keluwesan dan perimbangan kecepatan
|
Kemampuan “mengingat” konfigurasi visual
|
2.
|
Kefasihan
|
Kemampuan untuk mengutarakan kata-kata,
ide, dan pernyataan lisan.
|
3.
|
Jalan pikiran secara induktif
|
Kemampuan merumuskan dan menguji
hipotesis yang ditujukan untuk menemukan hubungan (perkaitan).
|
4.
|
Ingatan yang luar biasa
|
Kemampuan untuk mengingat
kepingan-kepingan material yang tak bersangkutan dan mengingat kembali.
|
5.
|
Rentang Ingatan
|
Kemampuan untuk mengingat kembali dengan
sempurna, untuk reproduksi segera, dari serangkaian pokok masalah, setelah
hanya satu pokok disajikan dari rangkaian itu.
|
6.
|
Kecakapan dalam angka-angka
|
Kemampuan memanipulasi angka-angka dengan
cepat dalam cara berhitung.
|
7.
|
Kecepatan berpersepsi
|
Kecepatan menemukan angka-angka, membuat
perbandingan, dan menangani tugas-tugas sederhana yang menyangkut persepsi
visual.
|
8.
|
Jalan pikiran secara deduktif
|
Kemampuan mempertimbangkan dasar pikiran
yang ada menjadi kesimpulan penting.
|
9.
|
Orientasi dan visualisasi ruang.
|
Emampuan menanggapi pola ruang dan memanipulasi
atau mentransformasi gambaran pola ruang.
|
10.
|
Pemahaman lisan
|
Pengetahuan tentang kata-kata dan
artinya, termasuk penggunaan pengetahuan ini.
|
Keterampilan ialah kecakapan yang berhubungan dengan tugas yang dimiliki dan di
pergunakan oleh seseorang pada waktu yang tepat. Dalam beberapa hal istilah
kemampuan dan keterampilan digunakan secara bergantian dalam pembahasan ini. Keterampilan
ialah kecakapan yang berhubungan dengan tugas, seperti kecakapan
mengoperasikan komputer. Dalam beberapa hal istilah kemampuan dan keterampilan
digunakan secara bergantian dalam buku ini. Ingat bahwa B = f (I, O, P).
Tabel 3 – 1 mengidentifikasi satu perangkat dari 10 kemampuan mental yang
biasanya diacu sebagai kecerdasan (intelegensi) persoalan yang dihadapi manajer
ialah apakah kemampuan mental tersebut diperlukan agar berhasil dalam pekerjaan
dan corak kemampuan mental yang diperlukan.
Tabel 3 – 2 menyajikan
sejumlah keterampilan fisik. Pekerjaan seorang sekretaris membutuhkan sejumlah
kemampuan mental dari yang disajikan dalam tabel 3 – 1, di samping berbagai
kemampuan fisik yang diperlukan agar dapat menangani peralatan word prcessing.
Manajer harus mencoba
mencocokkan kemampuan dan keterampilan seseorang dengan persyaratan pekerjaan.
Proses mencocokkan ini penting karena tidak ada sumber kepemimpinan, motivasi,
atau keorganisasian dapat mengejar kekurangan dalam kemampuan atau
keterampilan. Analisis pekerjaan adalah teknik yang banyak digunakan
yang menghilangkan cara perkiraan pencocokan. Analisis pekerjaan ialah proses
perumusan dan mempelajari suatu pekerjaan menurut tugas atau perilaku dan
merinci tanggung jawab, persyaratan pendidikan, dan kebutuhan pelatihan
(training) untuk melaksanakan pekerjaan itu dengan sukses.
Keterampilan Fisik
|
Uraian
|
|
1.
|
Kekuatan dinamis
|
Ketahanan otot dalam menggunakan tenaga
secara berlanjut atau berulang.
|
2.
|
Tingkat kelenturan
|
Kemampuan melenturkan atau merentangkan
tubuh atau otot belakang.
|
3.
|
Koordinasi tubuh nyata
|
Kemampuan mengkoordinasi tindakan
beberapa bagian tubuh ketika tubuh sedang bergerak.
|
4.
|
Keseimbangan tubuh nyata
|
Kemampuan memelihara keseimbangan dengan
isyarat non-visual.
|
5.
|
Stamina
|
Kapasitas menahan usaha maksimum yang
memerlukan pengerahan kardiovaskular.
|
Sumber: Diambil dari Edwin A. Fleishmen “On
the Relation between Abilities, Learning, and Human. Performance,” American
Psychologist, Nopember 1972, hal. 1017 – 32.
Variabel Psikologis
Membongkar
seluk beluk kerumitan variabel psikologis seperti presepsi sikap, dan
kepribadian merupakan tugas yang sangat besar. Oleh karena itu tujuannya
menyediakan keterangan yang bermanfaat tentang hal itu sehingga para manajer
dapat menggunakannya dalam pemecahan masalah perilaku dalam situasi kerja dan
prestasi.
a. Persepsi
Ialah suatu proses dengan mana
individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka
agar memberikan makna bagi lingkungan mereka. Persepsi seperti yang dilukisakan
dalam proses pemberian arti (cognitive) terhadap lingkungan oleh seseorang,
karena setiap orang memberi arti kepada stimulus, maka individu yang berbeda
akan “melihat” hal yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Cara seorang
pegawai melihat situasi sering kali mempunyai arti yang lebih penting untuk
memahami perilaku daripada situasi itu sendiri. Jika dinyatakan lebih luas:
Gambaran kognitif dari individu bukanlah penyajian foto dunia
fisiknya, melainkan suatu bagian tafsiran pribadi, di mana obyek tertentu yang
dipilih individu untuk peranannya yang utama, dirasakan dalam sikap seorang
individu. Pada tingkatan tertentu, diumpamakan seorang pelikis yang melukis
sebuah gambar dunia yang menyatakan pandangan individualnya tentang kenyataan.
Karena persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan
khusus tentang obyek atau kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi
kapan saja stimulus menggerakan indera. Persepsi mencakup kognisi
(pengetahuan). Jadi persepsi mencakup penafsiran obyek tanda, dan orang dari
sudut pengalaman yang bersangkutan. Setiap orang memilih berbagai macam isyarat
yang mempengaruhi persepsinya terhadap orang, obyek, dan tanda. Karena
faktor-faktor ini dan karena kemungkinan terjadinya ketidakseimbangan antara
faktor-faktor ini, maka orang sering salah persepsi terhadap orang lain sesuai
dengan keadaannya sendiri.
Di bawah ini ada
beberapa contoh yang menunjukkan bagaimana persepsi mempengaruhi perilaku:
1. Manajer yakin bahwa pegawai telah diberi kesempatan menggunakan kata
putusnya (judgement) tentang bagaimana melakukan pekerjaan, sedangkan pegawai
bersangkutan merasa ia sama sekali tidak mempunyai keleluasaan untuk mengambil
kata putus.
2. Seorang bawahan menanggapi permintaan atasannya didasarkan atas pemikiran
ap yang ia dengar dari atasanya, bukan atas apa yang sebenarnya diminta.
3. Manajer beranggapan hasil produksi yang dijual mempunyai kualitas tinggi,
tetapi konsumen mengeluh karena barang tersebut pembuatannya sangat buruk.
4. Seorang pegawai dinilai oleh rekan kerjanya sebagai orang yang bekerja
keras dan berusaha bersungguh-sungguh, dan rekan kerja lain menilainya sebagai
pekerja malas yang tidak mau berusaha.
5. Wiraniaga memandang kenaikan upahnya sebagai tidak adil, sedangkan manajer
memandang kenaikan tersebut suatu kenaikan yang wajar.
6. Seorang pegawai memandang kondisi kerja yang sangat buruk, rekan sekerja di
seberangnya menganggap kondisi kerja menyenangkan.
Tabel 3 – 3
Jurang Persepsi antara Penyelia dan Bawahan
Corak pengakuan
|
Frekuensi di mana penyelia mengatakan
mereka memberikan berbagai corak pengakuan bagi prestasi yang baik
|
Frekuensi di mana bawahan mengatakan
penyelia memberikan berbagai corak pengakuan bagi prestasi yang baik.
|
Memberikan hak istimewa
|
52 %
|
14 %
|
Memberikan tanggung jawab lebih besar
|
48 %
|
10 %
|
Memberikan pujian di belakang
|
82 %
|
13 %
|
Memberikan pujian yang tulus dan
sungguh-sungguh
|
80 %
|
14 %
|
Melatih demi pekerjaan yang lebih baik
|
64 %
|
9 %
|
Memberikan pekerjaan yang lebih menarik
|
51 %
|
5 %
|
Suatu penelitian yang hasilnya dilaporkan oleh
Likert dengan jelas menunjukkan bahwa para manajer dan bahwa para manajer dan
bawahannya sering mempunyai persepsi yang berbeda. Ia meneliti persepsi atasan
dan bawahan untuk menentukan besar dan corak pengakuan yang diterima bawahan
tentang prestasi yang baik. Para penyelia (supervisor) ditanya apakah atasan
sering memberikan imbalan untuk suatu pekerjaan yang baik. Hasilnya disajikan
dalam Tabel 3.3.
Tabel di atas menunjukkan adanya perbedaan yang
menyolok di antara persepsi kedua kelompok tersebut. Masing-masing kelompok
memandang corak pengakuan diberikan pada tingkat yang berbeda. Para bawahan
pada umumnya melaporkan bahwa sangat sedikit pengakuan yang diberikan atasannya
dan penghargaan diberikan secara tidak teratur. Atasan memandang dirinya telah
memberikan penghargaan yang luas bagi prestasi yang baik. Penelitian itu
menunjukkan bahwa perbedaan yang menyolok nampak antara persepsi dan bawahan
tentang perilaku atasan
Gambar 3-3
Perbedaan Persepsi dan Perilaku
Persepsi tentang Organisasi (Perceptual
Organization)
Salah satu elemen dari prinsip organisasi
tentang persepsi ialah kecenderungan mempolakan stimulus dalam hubungan gambar
dan latar belakang (figure ground).
Ada
dua orang ( A dan B) yang sama-sama melihat orang berdasi, walaupun objek
penglihatan A dan B sama, akan tetapi A menafsirkannya sebagai seorang manajer,
sementara B menafsirkannya sebagai diplomat.Contoh lain dari kemungkinan adanya perbedaan persepsi antara individu, dapat dilihat pada gambar ini.
Gambar 3-4
Perbedaan Persepsi dan Perilaku
Dalam kehidupan sehari-hari, persepsi sering-kali menjadi dasar dari perilaku yang ditampilkan individu. Seseorang yang melihat seekor anjing, dan mempersepsikannya sebagai seekor binatang yang galak,tentu akan menampilkan perilaku yang berbeda dibandingkan dengan orang lain yang mempersepsikan anjing itu sebagai binatang jinak. Orang pertama mungkin akan melarikan diri, sementara orang kedua mungkin akan mendekati anjing tersebut dan mencoba membelainya.
Demikian besar pengaruh persepsi seseorang terhadap perilakunya, sehingga dalam berkomunikasi peran persepsi ini merupakan sesuatu yang sangat penting. Seringkali orang berdebat atau bahkan bertengkar karena adanya perbedaan dalam penafsiran sesuatu hal. Peristiwa itu tidak perlu terjadi apabila pihak-pihak yang terlibat itu terlebih dahulu menyamakan persepsi mereka tentang hal tersebut. Dengan sendirinya, jelaslah bahwa usaha-usaha untuk menyamakan dan mengendalikan persepsi merupakan suatu langkah penting untuk menghindari terjadinya konflik. Demi tercapainya usaha menyamakan persepsi ini, terlebih dahulu perlu diketahui bagaimana terjadinya perbedaan persepsi antara satu individu dengan individu yang lain.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI
Ada beberapa factor yang menyebabkan adanya perbedaan persepsi individual dalam menginterpretasikan sesuatu, yaitu:
1. Faktor Intern
Ada beberapa factor yang menyebabkan adanya perbedaan persepsi individual dalam menginterpretasikan sesuatu, yaitu:
1. Faktor Intern
- Kondisi Fisik : seseorang yang sedang lelah atau sakit cenderung mempunyai persepsi yang berbeda dengan seseorang yang segar bugar atau sehat. Kondisi fisik seseorang yang kurang fit atau lelah (fatigue), yang berpengaruh pada fungsi penglihatan dimana hal-hal atau objek yang tampak dimata yang berjarak relative agak jauh akan dipersepsikan tidak dalam keadaan sebenarnya. Kebiasaan berfikir negative juga sangat mempengaruhi seseorang dalam mengintepretasikan objek yang dilihatnya.
- Kebutuhan: seseorang yang memiliki kebutuhan yang tinggi untuk berkuasa mungkin akan mempersepsikan suatu feedback sebagai penghinaan, sementara orang yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi, akan mempersepsikan sebagai suatu cara untuk memperbaiki diri.
- Profesi seseorang pelukis akan mempersepsikan gumpalan awan tebal bergerak cepat di udara sebagai objek yang baik untuk dilukis (dia menekankan nilai estetis), sementara seorang pengemudi mempersepsikannya sebagai sesuatu yang berpotensi dapat menimbulkan bahaya (dia menekankan pada safety).
- Kepribadian: seorang yang pesimistis akan mempersepsikan dunia sebagai suatu yang penuh kemurungan dan penuh ancaman, sementara seorang yang optimistis akan mempersepsikan dunia sebagai sesuatu yang cerah dan penuh harapan.
- Pengalaman: seorang yang mempunyai pengalaman yang menyenangkan pada saat naik kapal, akan mempunyai persepsi yang berbeda dari orang yang pernah mabuk laut.
- Dan lain-lain, banyak hal yang sering kita dapat sehari-hari yang dipengaruhi oleh persepsi yang tidak sesuai dengan sesungguhnya yang dipengaruhi oleh suasana hati.
2. Faktor Ekstern
Merupakan factor yang terdapat pada objek
yang diamati, misalnya ukuran, bentuk atau cirri-ciri lain dari objek tersebut.
Sebagai contoh: anjing yang bertubuh besar akan cenderung dipersepsikan sebagai anjing galak dari pada yang bertubuh kecil.
Orang yang berambut panjang, berjenggot dan berpakaian “santai” mau tidak mau mengajak kita untuk cenderung mempersepsikannya sebagai seniman, bukan anggota ABRI.
Sebagai contoh: anjing yang bertubuh besar akan cenderung dipersepsikan sebagai anjing galak dari pada yang bertubuh kecil.
Orang yang berambut panjang, berjenggot dan berpakaian “santai” mau tidak mau mengajak kita untuk cenderung mempersepsikannya sebagai seniman, bukan anggota ABRI.
3. Situasi secara keseluruhan
Waktu dan tempat dimana objek yang kita amati itu berada, sering menentukan
atau mempengaruhi persepsi kita.
Misalnya: bila kita melihat orang berbadan kekar, berotot dan berambut pendek, sedang berdiri didekat kompleks TNI, maka kita cenderung mempersepsikannya sebagai anggota TNI, tetapi bila orang berdiri itu dikomplek olah raga Senayan, maka ia akan cenderung kita persepsikan sebagai atlit tinju atau angkat berat. Persepsinya akan lain lagi apabila kita bertemu dengan orang itu ditempat yang sepi, dimalam yang gelap.
Tetapi bila kita tanyakan langsung kepada orang tersebut mungkin jawab berbeda dengan persepsi yang terbentuk.
Salah persepsi yang diakibatkan oleh pengertian maksud yang salah oleh seseorang terhadap perkataan orang lain. Perhatikan kejadian berikut:
A : “Sudah makan dubur ayam berapa mangkok…?”
B : “Dua mangkok Pak, habis Enak sih…?”
Misalnya: bila kita melihat orang berbadan kekar, berotot dan berambut pendek, sedang berdiri didekat kompleks TNI, maka kita cenderung mempersepsikannya sebagai anggota TNI, tetapi bila orang berdiri itu dikomplek olah raga Senayan, maka ia akan cenderung kita persepsikan sebagai atlit tinju atau angkat berat. Persepsinya akan lain lagi apabila kita bertemu dengan orang itu ditempat yang sepi, dimalam yang gelap.
Tetapi bila kita tanyakan langsung kepada orang tersebut mungkin jawab berbeda dengan persepsi yang terbentuk.
Salah persepsi yang diakibatkan oleh pengertian maksud yang salah oleh seseorang terhadap perkataan orang lain. Perhatikan kejadian berikut:
A : “Sudah makan dubur ayam berapa mangkok…?”
B : “Dua mangkok Pak, habis Enak sih…?”
Persepsi
Penutupan (Closure)
Sifat
pengorganisasian persepsi juga nyata jika stimulus yang serupa dikelompokkan
bersama dan jika stimulus yang berkaitan dikelompokkan. Prinsip pengelompokkan
lain yang membentuk persepsi tentang organisasi disebut penutupan (closure).
Beberapa individu mempunyai keinginan yang kuat untuk menyelesaikan suatu tugas
atau pekerjaan, tetapi dicegah, halini akan menimbulkan keputusan atau perilaku
yang lebih drastis seperti pengunduran dirinya.
b. Sikap
Sikap merupakan faktor penentu perilaku, karena sikap berhubungan
dengan persepsi, kepribadian dan motivasi. Sikap (attitude) adalah
kesiap-siagaan mental yang dipelajari dan diorganisasi melalui pengalaman dan
mempunyai pengaruh tertentu atas cara tanggap seseorang terhadap orang lain,
objek, dan situasi yang berhubungan dengannya.
Tiga Komponen Sikap
. Stimulus:
Faktor Lingkungan Kerja
- Desain Pekerjaan
- Gaya Manajer
- Kebijaksanaan perusahaan
- Teknologi
- Upah
- Tunjangan
. Sikap:
Komponen-komponen
- Afeksi
- Kognisi
- Perilaku
. Hasil-hasil:
Tanggapan-tanggapan
- Afeksi: Tanggapan Emosional, pernyataan
tentang suka/tidak suka
- Kognisi: Tanggapan Persepsi, pernyataan
tentang keyakinan
- Perilaku: Tanggapan Tindakan, pernyataan
tentang perilaku
Teori
tentang komponen afektif,kognitif dan prilaku sebagai penentu (determinants)
sikap dan perubahan sikap mempunyai arti yang penting untuk para manajer yaitu
bahwa manajer harus mampu mendemostrasikan bahwa aspek positif dari
komponen-komponen tersebut melebihi aspek negatifnya.untuk itu harus ada usaha
menyeluruh dan mengembangkan sikap,baik secara umum terhadap organisasi maupun
terhadap pekerjaan agar para manajer mencapai keefektifan.
Mengubah Sikap (Changing Attitudes). Banyak variabel yang mempengaruhi
perubahan sikap, semuanya dapat diuraikan menurut tiga kategori umum – percaya
pada pengiriman pesan, (isi) pesan itu sendiri, dan situasi. Jika karyawan tdak
mempercayaimanajer, mereka tidak akan menerima pesan manajernya atau mengubah
sikap. Demikian juga, jika pesan itu tidak meyakinkan, maka tidakakan ada tekanan
untuk perubahan.
Sikap dan Nilai (Attitudes and Values). Nilai berhubungan erat dengan sikap
dalam arti bahwa nilai dapat digunakan sebagai suatu cara mengorganisasi
sejumlah sikap. Nilai (values) didefinisikan sebagai “kumpulan perasaan senang
dan tidaksenang, pandangan, keharusan, kecenderungan dalam diri orang, pendapat
rasional dan tidak rasional, prasangka dan pola asosiasi yang menetukan
pandangan seseorang tentang dunia”.
Sikap dan Kepuasan Kerja (Attitudes and Job Satisfaction). Kepuasan Kerja ialah sikap seseorang
terhadap pekerjaan mereka. Sikap itu berasal dari persepsi mereka tentang
pekerjannya. Jadi kepuasan kerja berpangkal dari berbagai aspek kerja, seperti
upah, kesempatan promosi,penyelia(supervisor), dan rekan kerja sekerja. Kepuasan
kerja juga berasal dari faktor-faktor lingkungan kerja, seperti gaya penyeliaan
(supervisi), kebijaksanaan dan prosedur, keanggotaan kelompok kerja, kondisi
kerja, dan tunjangan. Kelima dimensi yang memiliki karakteristik yang sangat
penting dengan kepuasan kerja, yaitu:
Upah, jumlah upah yang diterima dan dianggap
upah yang wajar.
Pekerjaan, keadaan dimana tugas pekerjaan dianggap
menarik, memberikan kesempatan untuk belajar dan bertanggung jawab.
Kesempatan Promosi, tersedia kesempatan untuk maju.
Penyelia, kemampuan penyelia untuk menunjukan minat
dan perhatian terhadap karyawan.
Rekan sekerja, keadaan dimana rekan sekerja menunjukkan
sikap bershabat dan mendorong.
Kepuasan dan Prestasi Kerja (Satisfaction and
Job Performance). Terdapat tiga pandangan: 1.) Kepuasan menimbulkan prestasi; 2.)
Prestasi menimbulkan kepuasan; 3.) Adanya unsur imbalan, tetapi tidak ada
hubungan yang kuat.
c. Kepribadian
Ialah pola perilaku dan proses mental
yang unik, yang mencirikan seseorang.
Kepribadian amat banyak dipengaruhi oleh faktor kebudayaan dan
sosial. Tanpa mempersoalkan bagaimana orang mendefinisikan kepribadian,
beberapa prinsip kepribadian, pada umumnya dapat diterima oleh para ahli psikologi.
Prinsip-prinsip itu ialah:
1. Kepribadian ialah suatu keseluruhan yang
terorganisasi, apabila tidak individu itu tidak mempunyai arti.
2. Kepribadian kelihatannya diorganisasi
dalam pola tertentu. Pola ini sedikit banyak dapat diamati dan diukur.
3. Walaupun kepribadian mempunyai dasar
biologis, tetapi perkembangan khususnya adalah hasil dari lingkungan sosial dan
kebudayaan.
4. Kepribadian mempunyai berbagai segi yang
dangkal, seperti sentimen mengenai wewenang atau etik kerja.
5. Kepribadian mencakup ciri-ciri umum dan
khas. Setiap orang berbeda satu sama lain dalam beberapa hal, sedangkan dalam
beberapa hal serupa.
Kelima gagasan ini tercakup dalam definisi kepribadian berikut ini:
Kepribadian seseorang ialah seperangkat karakteristik yang relatif
mantap, kecenderungan dan perangai yang sebagian besar dibentuk oleh faktor
keturunan dan oleh faktor-faktor sosial, kebudayaan, dan lingkungan. Perangkat
variabel ini menentukan persamaan dan perbedaan perilaku individu.
Teori Kepribadian (Theories of Personality). Terdapat tiga pendekatan teoritis untuk
memahami kepribadian, yaitu: pendekatan ciri, pendekatan psikodinamis, dan
pendekatan humanistis. Pendekatan Ciri (Trait Theories). Allport
adalah ahli teori ciri (trait theorist) yang paling berpengaruh. Menurut
pandangannya, ciri merupakan bagian yang membentuk kepribadian, petunjuk
jalanbagi tindakan, sumber keunikan individu.
Teori Psikodinamis (Psychodinamic Theorist). Freud menerangkan perbedaan kepribadian
individual dengan mengemukakan bahwa orang menghadapi perangsang pokok secara
berbeda-beda. Untuk menjelaskan perbedaan ini, ia menggambarkan pertentangan
yang terus menerus antara dua bagian dari kepribadian, yaitu id dan superego,
yang diperlukan oleh ego. Id ialah bagian dari kepribadian
primitif dan tidak sabar, yang menjadi gudangperangsang pokok. Bagian ini
bekerja secara tidak rasional dan implusif, tanpa mempertimbangkan apakah
hal-hal yamg diinginkan itu mungkin atau dapat diterima secara moral. Superego
adalah gudang nilai-nilai individu, termasuk sikapmoral yang dibentuk
oleh masyarakat. Superego secara kasar dapat disamakan dengan hati nurani
(conscience). Superego sering bertentangan dengan Id. Id ingin mengerjakan apa
yang dirasa baik, sedangkan superego bersikeras mengerjakan apa yang dianggap
“benar”. Ego berfungsi sebagai wasit pertentangan itu. Ego
mewakili gambaran seseorang mengenai kenyataan fisik dan sosial, suatu gambaran
mengenai apa yang akan menimbulkan sesuatu dan hal-hal yang mungkin terjadi
dalam dunia yang dialaminya. Bagian dari tugas ego adalah memilih tindakan yang
memberi tindakan yang memberi kepuasan kepada desakan hati tanpa menimbulkan
akibat yang tidak dikehendaki.
Teori Humanistik (Humanistic Theories). Pandangan humanistis tentang pemahaman
kepribadian dicirikan oleh penekanannya atas perkembangan dan perwujudan diri
individu. Pendekatan Carl Rogers atas pemahaman kepribadian ialah humanistis
atau berpusat padaorang (people-centered). Nasihatnya, kita harus mendengarkan
apa yang orang katakan tentang diri mereka dan memperhatikan pandangan serta
arti dari pengalaman orang-orang tersebut. Roges berkeyakinan bahwa perangsang
organisme manusia yang paling mendasar ialah menuju perwujudan diri (self
actualization), usaha keras yang konstan untuk mewujudkan potensi yang melekat
pada dirinya.
Tempat Pengendalian (Locus of Control). Tempat pengendalian individu menentukan
kadar sejauh mana mereka percaya bahwa perilaku mereka mempengaruhi apa yang
terjadi terhadap mereka. Sebagian orang percaya bahwa mereka menjadi tuan atas
nasib mereka. Mereka beranggapan bahwa pengendalian kehidupan mereka berasal
dari dalam diri mereka sendiri. Rotter
menamakan orang-orang seperti ini sebagai orang-orang yang dikendalikan oleh
kekuatan dari dalam diri mereka sendiri.