Selasa, 21 Oktober 2014

PERILAKU DAN PERBEDAAN INDIVIDUAL



PERILAKU DAN PERBEDAAN INDIVIDUAL

Teori Kepribadian Individual
A.   Argumentasi Pro
Para teorikus kepribadian individu berpendapat bahwa terdapat perbedaan kepribadian individu yang tidak hanya sementara tetap. Perbedaan ini diyakini konsisten sepanjang waktu dan dalam seluruh situasi.
B.   Argumentasi Kontra
Tori kepribadian individu dipandang terlalu sempit oleh orang-orang B.F Skinner, ahli ilmu perilaku yang terkenal pendekatan skinner dan pendekatan psikologi sosial lainnya sangat berbeda, tetapi semuanya memiliki seperangkat asumsi yang sama yang bertentangan dengan asumsi perbedaan individu.

Dasar Pemahaman Perilaku
Pengamatan dan analisis manajer tentang perilaku dan prestasi individu memerlukan pertimbangan ketiga perangkat variabel yang secara langsung mempengaruhi perilaku individu dan hal-hal yang dikerjakan pegawai yang bersangkutan (umpamanya menghasilkan keluaran, menjualmobil, memperbaiki mesin). Ketiga perangkat variabel tersebut dikelompokan dalam individu, psikologis dan keorganisasian. Di dalam setiap perangkat terdapat sejumlah subperangkat. Contohnya, variabel individu mencangkup kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan variabel demografis. Gambar 3 – 1 menunjukkan bahwa perilaku pegawai bersifat kompleks, karena perilaku tersebut dipengruhi oleh berbagai variabel pengalaman. Gambar 3 – 1 menyajikan beberapa faktor seperti kemampuan dan keterampilan pegawai, bakat psikologis pegawai, dan tanggapan pegawai terhadap variabel keorganisasian seperti imbalan (balas jasa) yang diberikan dan pola pekerjaan yang bersangkutan.
Apakah manajer dapat mengubah, membentuk, atau menata kembali perilaku merupakan masalah yang banyak diperdebatkan para ahli ilmu perilaku dan manajer praktikus. Sebagai contoh, pernah disepakati bahwa perubahan setiap variabel psikologis memerlukan diagnosis, keahlian, kesabaran, dan pemahaman manajer. Tetapi tidak ada metode universal berupa kesepakatan, yang dapat digunakan oleh manajer untuk mengubah kepribadian, sikap, persepsi, atau pola belajar. Pola perilaku orang selalu berubah, meskipun hanya sedikit. Dan setiap manajer tentunya ingin mengadakan perubahan perilaku yang menghasilkan prestasi yang lebih baik.
Perilaku manusia terlalu kompleks untuk diterangkan dengan suatu penyamarataan yang dapat diterapkan untuk semua orang. Oleh karena itu, hanya percontoh dari beberapa variabel yang relevan mempengaruhi perilaku manusia yang disajikan dalam Gambar 3 – 1. Meskipun demikian, lingkupan setiap variabel yang disajikan dalam gambar tersebut adalah diluar cakupan buku ini. Sebagian besar perhatian kita akan dipusatkan pada tiga variabel psikologis utama, yaitu persepsi, sikap, dan kepribadian. Variabel belajar dan motivasi akan dibahas dalam Bab 4 dan Bab 5.  Penyajian variabel organisasi akan ditemukan pada bab lain buku ini.
Gambar 3-1
Variabel yang Mempengaruhi Perilaku dan Prestasi














Text Box: Variabel Individual
Kemampuan dan Keterampilan
Mental
Fisik
Latar Belakang
Keluarga
Tingkat Sosial
Pengalaman
Demografis
Umur
Asal-usul
Jenis Kelamin

Text Box: Variabel Psikologis
Persepsi
Sikap
Kepribadian
Belajar
Motivasi













Text Box: Variabel Organisasi
Sumber Daya
Kepemimpinan
Imbalan
Struktur
Desain Pekerjaan

 



















Gambar 3 – 1 menunjukkan bahwa praktek manajerial yang efektif menghendaki agar perbedaan perilaku individual diakui, dan jika mungkin dipertimbangkan ketika bertugas menangani perilaku organisasi. Untuk memahami perbedaan individu, seorang manajer harus (1) mengamati dan mengakui perbedaan tersebut, (2) mempelajari hubungan antara variabel yang mempengaruhi perilaku individu, dan (3) menemukan hubungan tersebut. Sebagai contoh, seorang manajer akan berada pada posisi yang baik dalam mengambil keputusan, jika ia mengetahui sikap, persepsi, dan kemampuan mental pegawai, dan kaitan variabel tersebut dengan variabel lainnya. Juga penting diketahui pengaruh masing-masing variabel terhadap prestasi. Jika mampu mengamati perbedaan tersebut, memahami hubungannya, dan meramalkan pertaliannya, usaha manajerial untuk meningkatkan prestasi akan menjadi lebih mudah.
Perilaku seperti yang disajikan dalam Gambar 3 – 1 adalah sesuatu yang dikerjakan orang. Berbicara dengan manajer, mendengarkan saran rekan sekerja, menyusun laporan, mengetik memo, dan menempatkan unit barang yang siap ke dalam gudang adalah “perilaku”. Juga melamun, membaca buku ini, dan belajar bagaimana menggunakan sistem akuntansi perusahaan, semuanya termasuk perilaku. Kerangka kerja yang umum menunjukkan bahwa perilaku tergantung pada tipe variabel seperti pada Gambar 3 – 1. Jadi, apabila dinyatakan bahwa B = f (I, O, P), berarti bahwa perilaku seorang pegawai adalah fungsi dari individu (I), organisasi (O), dan variabel psikologis (P). Perilaku yang menghasilkan pekerjaan merupakan keunikan masing-masing orang, proses yang melandasinya sama bagi setiap orang.
Setelah bertahun-tahun teori dan riset dikembangkan, akhirnya secara umum disepakati bahwa:
1.    Perilaku timbul karena sesuatu sebab .
2.    Perilaku diarahkan kepada tujuan
3.    Perilaku yang dapat diamati masih dapat diukur
4.    Perilaku yang tidak langsung dapat diamati (seperti berfikir, berpersepsi) juga penting dalam mencapai tujuan
5.    Perilaku bermotivasi
Hasil yang diharapkan dari setiap perilaku pegawai ialah prestasi. Salah satu tugas penting manajer adalah merumuskan prestasi lebih dahulu, yaitu menentukan hasil apa yang diharapkan. Dalam organisasi, variabel individu, keorganisasian, dan psikologis tidak hanya mempengaruhi perilaku tetapi juga prestasi. Perilaku yang berhubungan dengan prestasi adalah perilaku yang berkaitan langsung dengan tugas-tugas pekerjaan dan yang perlu diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu pekerjaan. Bagi seorang manajer, hubungan prestasi perilaku mencakup berbagai tindakan, seperti pengidentifikasian masalah perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian pekerjaan pegawai; dan menciptakan iklim motivasi bagi pegawai.
Karena perhatian manajer dipusatkan kepada perilaku yang berhubungan dengan prestasi, ia berusaha mencari cara untuk mencapai prestasi optimal. Jika pegawai tidak berprestasi baik atau konsisten, manajer harus menyelidiki masalah tersebut. Ada enam pertanyaan yang dapat membantu manajer memusatkan perhatian atas masalah prestasi.
  1. Apakah pegawai mempunyai keahlian dan keterampilan untuk melaksanakan pekerjaan ?
  2. Apakah pegawai mempunyai sumber yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ?
  3. Apakah pegawai sadar akan masalah prestasi ?
  4. Kapankah masalah prestasi itu muncul ?
  5. Apakah reaksi rekan sekerja pegawai yang bersangkutan atas masalah prestasi ?
  6. Apakah yang dapat saya (manajer) lakukan untuk membantu menanggulangi masalah prestasi ? 
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dan jawabannya menunjukkan kerumitan perbedaan perilaku individu dan prestasi mereka. Hal itu juga menunjukkan bahwa jika masalah prestasi dapat di identifikasi, diperlukan bentuk-bentuk tindakan manajerial.
Variabel Individu
Variabel individu yang disajikan pada Tabel 3 – 1 digolongkan atas kemampuan dan keterampilan, latar belakang, dan demografis. Setiap golongan variabel membantu menerangkan perbedaan perilaku dan prestasi. Akan tetapi, hanya kemampuan dan keterampilan yang akan dibahas dalam bab ini.

Kemapuan dan Kerampilan
Beberapa pegawai, meskipun dimotivasi dengan baik sama sekali tidak mempunyai kemampuan atau keterampilan untuk bekerja dengan baik. Kemampuan dan keterampilan memainkan peranan utama dalam perilaku dan prestasi individu.
Kemampuan ialah sifat (bawaan lahir atau dipelajari) yang memungkinkan seseorang melakukan sesuatu yang bersifat mental atau fisik.
Tabel 3 – 1
Kemampuan Mental = Intelegensia 

Kemampuan Mental
Uraian
1.
Keluwesan dan perimbangan kecepatan
Kemampuan “mengingat” konfigurasi visual
2.
Kefasihan
Kemampuan untuk mengutarakan kata-kata, ide, dan pernyataan lisan.
3.
Jalan pikiran secara induktif
Kemampuan merumuskan dan menguji hipotesis yang ditujukan untuk menemukan hubungan (perkaitan).
4.
Ingatan yang luar biasa
Kemampuan untuk mengingat kepingan-kepingan material yang tak bersangkutan dan mengingat kembali.
5.
Rentang Ingatan
Kemampuan untuk mengingat kembali dengan sempurna, untuk reproduksi segera, dari serangkaian pokok masalah, setelah hanya satu pokok disajikan dari rangkaian itu.
6.
Kecakapan dalam angka-angka
Kemampuan memanipulasi angka-angka dengan cepat dalam cara berhitung.
7.
Kecepatan berpersepsi
Kecepatan menemukan angka-angka, membuat perbandingan, dan menangani tugas-tugas sederhana yang menyangkut persepsi visual.
8.
Jalan pikiran secara deduktif
Kemampuan mempertimbangkan dasar pikiran yang ada menjadi kesimpulan penting.
9.
Orientasi dan visualisasi ruang.
Emampuan menanggapi pola ruang dan memanipulasi atau mentransformasi gambaran pola ruang.
10.
Pemahaman lisan
Pengetahuan tentang kata-kata dan artinya, termasuk penggunaan pengetahuan ini.

Keterampilan ialah kecakapan yang berhubungan dengan tugas yang dimiliki dan di pergunakan oleh seseorang pada waktu yang tepat. Dalam beberapa hal istilah kemampuan dan keterampilan digunakan secara bergantian dalam pembahasan ini. Keterampilan ialah kecakapan yang berhubungan dengan tugas, seperti kecakapan mengoperasikan komputer. Dalam beberapa hal istilah kemampuan dan keterampilan digunakan secara bergantian dalam buku ini. Ingat bahwa B = f (I, O, P). Tabel 3 – 1 mengidentifikasi satu perangkat dari 10 kemampuan mental yang biasanya diacu sebagai kecerdasan (intelegensi) persoalan yang dihadapi manajer ialah apakah kemampuan mental tersebut diperlukan agar berhasil dalam pekerjaan dan corak kemampuan mental yang diperlukan.
Tabel 3 – 2 menyajikan sejumlah keterampilan fisik. Pekerjaan seorang sekretaris membutuhkan sejumlah kemampuan mental dari yang disajikan dalam tabel 3 – 1, di samping berbagai kemampuan fisik yang diperlukan agar dapat menangani peralatan word prcessing.
Manajer harus mencoba mencocokkan kemampuan dan keterampilan seseorang dengan persyaratan pekerjaan. Proses mencocokkan ini penting karena tidak ada sumber kepemimpinan, motivasi, atau keorganisasian dapat mengejar kekurangan dalam kemampuan atau keterampilan. Analisis pekerjaan adalah teknik yang banyak digunakan yang menghilangkan cara perkiraan pencocokan. Analisis pekerjaan ialah proses perumusan dan mempelajari suatu pekerjaan menurut tugas atau perilaku dan merinci tanggung jawab, persyaratan pendidikan, dan kebutuhan pelatihan (training) untuk melaksanakan pekerjaan itu dengan sukses. 

Keterampilan Fisik
Uraian
1.
Kekuatan dinamis
Ketahanan otot dalam menggunakan tenaga secara berlanjut atau berulang.
2.
Tingkat kelenturan
Kemampuan melenturkan atau merentangkan tubuh atau otot belakang.
3.
Koordinasi tubuh nyata
Kemampuan mengkoordinasi tindakan beberapa bagian tubuh ketika tubuh sedang bergerak.
4.
Keseimbangan tubuh nyata
Kemampuan memelihara keseimbangan dengan isyarat non-visual.
5.
Stamina
Kapasitas menahan usaha maksimum yang memerlukan pengerahan kardiovaskular.
Sumber: Diambil dari Edwin A. Fleishmen “On the Relation between Abilities, Learning, and Human. Performance,” American Psychologist, Nopember 1972, hal. 1017 – 32.
Variabel Psikologis
Membongkar seluk beluk kerumitan variabel psikologis seperti presepsi sikap, dan kepribadian merupakan tugas yang sangat besar. Oleh karena itu tujuannya menyediakan keterangan yang bermanfaat tentang hal itu sehingga para manajer dapat menggunakannya dalam pemecahan masalah perilaku dalam situasi kerja dan prestasi.
a.    Persepsi
Ialah suatu proses dengan mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka. Persepsi seperti yang dilukisakan dalam proses pemberian arti (cognitive) terhadap lingkungan oleh seseorang, karena setiap orang memberi arti kepada stimulus, maka individu yang berbeda akan “melihat” hal yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Cara seorang pegawai melihat situasi sering kali mempunyai arti yang lebih penting untuk memahami perilaku daripada situasi itu sendiri. Jika dinyatakan lebih luas:
Gambaran kognitif dari individu bukanlah penyajian foto dunia fisiknya, melainkan suatu bagian tafsiran pribadi, di mana obyek tertentu yang dipilih individu untuk peranannya yang utama, dirasakan dalam sikap seorang individu. Pada tingkatan tertentu, diumpamakan seorang pelikis yang melukis sebuah gambar dunia yang menyatakan pandangan individualnya tentang kenyataan.
Karena persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang obyek atau kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakan indera. Persepsi mencakup kognisi (pengetahuan). Jadi persepsi mencakup penafsiran obyek tanda, dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan. Setiap orang memilih berbagai macam isyarat yang mempengaruhi persepsinya terhadap orang, obyek, dan tanda. Karena faktor-faktor ini dan karena kemungkinan terjadinya ketidakseimbangan antara faktor-faktor ini, maka orang sering salah persepsi terhadap orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri.
Di bawah ini ada beberapa contoh yang menunjukkan bagaimana persepsi mempengaruhi perilaku:
1.    Manajer yakin bahwa pegawai telah diberi kesempatan menggunakan kata putusnya (judgement) tentang bagaimana melakukan pekerjaan, sedangkan pegawai bersangkutan merasa ia sama sekali tidak mempunyai keleluasaan untuk mengambil kata putus.
2.    Seorang bawahan menanggapi permintaan atasannya didasarkan atas pemikiran ap yang ia dengar dari atasanya, bukan atas apa yang sebenarnya diminta.
3.    Manajer beranggapan hasil produksi yang dijual mempunyai kualitas tinggi, tetapi konsumen mengeluh karena barang tersebut pembuatannya sangat buruk.
4.    Seorang pegawai dinilai oleh rekan kerjanya sebagai orang yang bekerja keras dan berusaha bersungguh-sungguh, dan rekan kerja lain menilainya sebagai pekerja malas yang tidak mau berusaha.
5.    Wiraniaga memandang kenaikan upahnya sebagai tidak adil, sedangkan manajer memandang kenaikan tersebut suatu kenaikan yang wajar.
6.    Seorang pegawai memandang kondisi kerja yang sangat buruk, rekan sekerja di seberangnya menganggap kondisi kerja menyenangkan.




 Tabel 3 – 3
Jurang Persepsi antara Penyelia dan Bawahan
Corak pengakuan
Frekuensi di mana penyelia mengatakan mereka memberikan berbagai corak pengakuan bagi prestasi yang baik
Frekuensi di mana bawahan mengatakan penyelia memberikan berbagai corak pengakuan bagi prestasi yang baik.
Memberikan hak istimewa
52 %
14 %
Memberikan tanggung jawab lebih besar
48 %
10 %
Memberikan pujian di belakang
82 %
13 %
Memberikan pujian yang tulus dan sungguh-sungguh
80 %
14 %
Melatih demi pekerjaan yang lebih baik
64 %
9 %
Memberikan pekerjaan yang lebih menarik
51 %
5 %
Contoh-contoh di atas adalah sebagian dari sejumlah contoh sehari-hari tentang perbedaan persepsi. Adanya kenyataan perbedaan persepsi tersebut harus diakui oleh manajer. Gambar 3 – 3 melukiskan sebuah contoh perbedaan persepsi itu.
Suatu penelitian yang hasilnya dilaporkan oleh Likert dengan jelas menunjukkan bahwa para manajer dan bahwa para manajer dan bawahannya sering mempunyai persepsi yang berbeda. Ia meneliti persepsi atasan dan bawahan untuk menentukan besar dan corak pengakuan yang diterima bawahan tentang prestasi yang baik. Para penyelia (supervisor) ditanya apakah atasan sering memberikan imbalan untuk suatu pekerjaan yang baik. Hasilnya disajikan dalam Tabel 3.3.
Tabel di atas menunjukkan adanya perbedaan yang menyolok di antara persepsi kedua kelompok tersebut. Masing-masing kelompok memandang corak pengakuan diberikan pada tingkat yang berbeda. Para bawahan pada umumnya melaporkan bahwa sangat sedikit pengakuan yang diberikan atasannya dan penghargaan diberikan secara tidak teratur. Atasan memandang dirinya telah memberikan penghargaan yang luas bagi prestasi yang baik. Penelitian itu menunjukkan bahwa perbedaan yang menyolok nampak antara persepsi dan bawahan tentang perilaku atasan




Gambar 3-3
Perbedaan Persepsi dan Perilaku
























Text Box: Perilaku Karyawan
Merasa tidak diperdulikan

Text Box: Perilaku Manajer
Tidak perduli tentang kebeasan yang diberikan kepada karyawan








Text Box: Perilaku Manajer
Bingung karena catatan keabsenan karyawan
Text Box: Perilaku Karyawan
Percaya bahwa tak seorangpun perduli

 














Persepsi tentang Organisasi (Perceptual Organization)
Salah satu elemen dari prinsip organisasi tentang persepsi ialah kecenderungan mempolakan stimulus dalam hubungan gambar dan latar belakang (figure ground).
Ada dua orang ( A dan B) yang sama-sama melihat orang berdasi, walaupun objek penglihatan A dan B sama, akan tetapi A menafsirkannya sebagai seorang manajer, sementara B menafsirkannya sebagai diplomat.
Contoh lain dari kemungkinan adanya perbedaan persepsi antara individu, dapat dilihat pada gambar ini.






Gambar 3-4
Perbedaan Persepsi dan Perilaku
Description: http://tjhartono.files.wordpress.com/2011/03/img.jpg?w=234&h=195
Dalam kehidupan sehari-hari, persepsi sering-kali menjadi dasar dari perilaku yang ditampilkan individu. Seseorang yang melihat seekor anjing, dan mempersepsikannya sebagai seekor binatang yang galak,tentu akan menampilkan perilaku yang berbeda dibandingkan dengan orang lain yang mempersepsikan anjing itu sebagai binatang jinak. Orang pertama mungkin akan melarikan diri, sementara orang kedua mungkin akan mendekati anjing tersebut dan mencoba membelainya.
Demikian besar pengaruh persepsi seseorang terhadap perilakunya, sehingga dalam berkomunikasi peran persepsi ini merupakan sesuatu yang sangat penting. Seringkali orang berdebat atau bahkan bertengkar karena adanya perbedaan dalam penafsiran sesuatu hal. Peristiwa itu tidak perlu terjadi apabila pihak-pihak yang terlibat itu terlebih dahulu menyamakan persepsi mereka tentang hal tersebut. Dengan sendirinya, jelaslah bahwa usaha-usaha untuk menyamakan dan mengendalikan persepsi merupakan suatu langkah penting untuk menghindari terjadinya konflik. Demi tercapainya usaha menyamakan persepsi ini, terlebih dahulu perlu diketahui bagaimana terjadinya perbedaan persepsi antara satu individu dengan individu yang lain.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI
Ada beberapa factor yang menyebabkan adanya perbedaan persepsi individual dalam menginterpretasikan sesuatu, yaitu:
1. Faktor Intern
  • Kondisi Fisik : seseorang yang sedang lelah atau sakit cenderung mempunyai persepsi yang berbeda dengan seseorang yang segar bugar atau sehat. Kondisi fisik seseorang yang kurang fit atau lelah (fatigue), yang berpengaruh pada fungsi penglihatan dimana hal-hal atau objek yang tampak dimata yang berjarak relative agak jauh akan dipersepsikan tidak dalam keadaan sebenarnya. Kebiasaan berfikir negative juga sangat mempengaruhi seseorang dalam mengintepretasikan objek yang dilihatnya.
  • Kebutuhan: seseorang yang memiliki kebutuhan yang tinggi untuk berkuasa mungkin akan mempersepsikan suatu feedback sebagai penghinaan, sementara orang yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi, akan mempersepsikan sebagai suatu cara untuk memperbaiki diri.
  • Profesi seseorang pelukis akan mempersepsikan gumpalan awan tebal bergerak cepat di udara sebagai objek yang baik untuk dilukis (dia menekankan nilai estetis), sementara seorang pengemudi mempersepsikannya sebagai sesuatu yang berpotensi dapat menimbulkan bahaya (dia menekankan pada safety).
  • Kepribadian: seorang yang pesimistis akan mempersepsikan dunia sebagai suatu yang penuh kemurungan dan penuh ancaman, sementara seorang yang optimistis akan mempersepsikan dunia sebagai sesuatu yang cerah dan penuh harapan.
  • Pengalaman: seorang yang mempunyai pengalaman yang menyenangkan pada saat naik kapal, akan mempunyai persepsi yang berbeda dari orang yang pernah mabuk laut.
  • Dan lain-lain, banyak hal yang sering kita dapat sehari-hari yang dipengaruhi oleh persepsi yang tidak sesuai dengan sesungguhnya yang dipengaruhi oleh suasana hati.
2. Faktor Ekstern
Merupakan factor yang terdapat pada objek yang diamati, misalnya ukuran, bentuk atau cirri-ciri lain dari objek tersebut.
Sebagai contoh: anjing yang bertubuh besar akan cenderung dipersepsikan sebagai anjing galak dari pada yang bertubuh kecil.
Orang yang berambut panjang, berjenggot dan berpakaian “santai” mau tidak mau mengajak kita untuk cenderung mempersepsikannya sebagai seniman, bukan anggota ABRI.
3.    Situasi secara keseluruhan

Waktu dan tempat dimana objek yang kita amati itu berada, sering menentukan atau mempengaruhi persepsi kita.
Misalnya: bila kita melihat orang berbadan kekar, berotot dan berambut pendek, sedang berdiri didekat kompleks TNI, maka kita cenderung mempersepsikannya sebagai anggota TNI, tetapi bila orang berdiri itu dikomplek olah raga Senayan, maka ia akan cenderung kita persepsikan sebagai atlit tinju atau angkat berat. Persepsinya akan lain lagi apabila kita bertemu dengan orang itu ditempat yang sepi, dimalam yang gelap.
Tetapi bila kita tanyakan langsung kepada orang tersebut mungkin jawab berbeda dengan persepsi yang terbentuk.
Salah persepsi yang diakibatkan oleh pengertian maksud yang salah oleh seseorang terhadap perkataan orang lain. Perhatikan kejadian berikut:
A : “Sudah makan dubur ayam berapa mangkok…?”
B : “Dua mangkok Pak, habis Enak sih…?”

Persepsi Penutupan (Closure)
Sifat pengorganisasian persepsi juga nyata jika stimulus yang serupa dikelompokkan bersama dan jika stimulus yang berkaitan dikelompokkan. Prinsip pengelompokkan lain yang membentuk persepsi tentang organisasi disebut penutupan (closure). Beberapa individu mempunyai keinginan yang kuat untuk menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tetapi dicegah, halini akan menimbulkan keputusan atau perilaku yang lebih drastis seperti pengunduran dirinya.

b.    Sikap
Sikap merupakan faktor penentu perilaku, karena sikap berhubungan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi. Sikap (attitude) adalah kesiap-siagaan mental yang dipelajari dan diorganisasi melalui pengalaman dan mempunyai pengaruh tertentu atas cara tanggap seseorang terhadap orang lain, objek, dan situasi yang berhubungan dengannya.
Tiga Komponen Sikap   
.    Stimulus: Faktor Lingkungan Kerja
-       Desain Pekerjaan
-       Gaya Manajer
-       Kebijaksanaan perusahaan
-       Teknologi
-       Upah
-       Tunjangan
.    Sikap: Komponen-komponen
-       Afeksi
-       Kognisi
-       Perilaku
.    Hasil-hasil: Tanggapan-tanggapan
-       Afeksi: Tanggapan Emosional, pernyataan tentang suka/tidak suka
-       Kognisi: Tanggapan Persepsi, pernyataan tentang keyakinan
-       Perilaku: Tanggapan Tindakan, pernyataan tentang perilaku

Teori  tentang komponen afektif,kognitif dan prilaku sebagai penentu (determinants) sikap dan perubahan sikap mempunyai arti yang penting untuk para manajer yaitu bahwa manajer harus mampu mendemostrasikan bahwa aspek positif dari komponen-komponen tersebut melebihi aspek negatifnya.untuk itu harus ada usaha menyeluruh dan mengembangkan sikap,baik secara umum terhadap organisasi maupun terhadap pekerjaan agar para manajer mencapai keefektifan.



Mengubah Sikap (Changing Attitudes). Banyak variabel yang mempengaruhi perubahan sikap, semuanya dapat diuraikan menurut tiga kategori umum – percaya pada pengiriman pesan, (isi) pesan itu sendiri, dan situasi. Jika karyawan tdak mempercayaimanajer, mereka tidak akan menerima pesan manajernya atau mengubah sikap. Demikian juga, jika pesan itu tidak meyakinkan, maka tidakakan ada tekanan untuk perubahan.
Sikap dan Nilai (Attitudes and Values). Nilai berhubungan erat dengan sikap dalam arti bahwa nilai dapat digunakan sebagai suatu cara mengorganisasi sejumlah sikap. Nilai (values) didefinisikan sebagai “kumpulan perasaan senang dan tidaksenang, pandangan, keharusan, kecenderungan dalam diri orang, pendapat rasional dan tidak rasional, prasangka dan pola asosiasi yang menetukan pandangan seseorang tentang dunia”.
Sikap dan Kepuasan Kerja (Attitudes and Job Satisfaction). Kepuasan Kerja ialah sikap seseorang terhadap pekerjaan mereka. Sikap itu berasal dari persepsi mereka tentang pekerjannya. Jadi kepuasan kerja berpangkal dari berbagai aspek kerja, seperti upah, kesempatan promosi,penyelia(supervisor), dan rekan kerja sekerja. Kepuasan kerja juga berasal dari faktor-faktor lingkungan kerja, seperti gaya penyeliaan (supervisi), kebijaksanaan dan prosedur, keanggotaan kelompok kerja, kondisi kerja, dan tunjangan. Kelima dimensi yang memiliki karakteristik yang sangat penting dengan kepuasan kerja, yaitu:
Upah, jumlah upah yang diterima dan dianggap upah yang wajar.
Pekerjaan, keadaan dimana tugas pekerjaan dianggap menarik, memberikan kesempatan untuk belajar dan bertanggung jawab.
Kesempatan Promosi, tersedia kesempatan untuk maju.
Penyelia, kemampuan penyelia untuk menunjukan minat dan perhatian terhadap karyawan.
Rekan sekerja, keadaan dimana rekan sekerja menunjukkan sikap bershabat dan mendorong.
Kepuasan dan Prestasi Kerja (Satisfaction and Job Performance). Terdapat tiga pandangan: 1.) Kepuasan menimbulkan prestasi; 2.) Prestasi menimbulkan kepuasan; 3.) Adanya unsur imbalan, tetapi tidak ada hubungan yang kuat.

c.    Kepribadian
Ialah pola perilaku dan proses mental yang unik, yang mencirikan seseorang.
Kepribadian amat banyak dipengaruhi oleh faktor kebudayaan dan sosial. Tanpa mempersoalkan bagaimana orang mendefinisikan kepribadian, beberapa prinsip kepribadian, pada umumnya dapat diterima oleh para ahli psikologi. Prinsip-prinsip itu ialah:
1.    Kepribadian ialah suatu keseluruhan yang terorganisasi, apabila tidak individu itu tidak mempunyai arti.
2.    Kepribadian kelihatannya diorganisasi dalam pola tertentu. Pola ini sedikit banyak dapat diamati dan diukur.
3.    Walaupun kepribadian mempunyai dasar biologis, tetapi perkembangan khususnya adalah hasil dari lingkungan sosial dan kebudayaan.
4.    Kepribadian mempunyai berbagai segi yang dangkal, seperti sentimen mengenai wewenang atau etik kerja.
5.    Kepribadian mencakup ciri-ciri umum dan khas. Setiap orang berbeda satu sama lain dalam beberapa hal, sedangkan dalam beberapa hal serupa.

Kelima gagasan ini tercakup dalam definisi kepribadian berikut ini:
Kepribadian seseorang ialah seperangkat karakteristik yang relatif mantap, kecenderungan dan perangai yang sebagian besar dibentuk oleh faktor keturunan dan oleh faktor-faktor sosial, kebudayaan, dan lingkungan. Perangkat variabel ini menentukan persamaan dan perbedaan perilaku individu.

Teori Kepribadian (Theories of Personality). Terdapat tiga pendekatan teoritis untuk memahami kepribadian, yaitu: pendekatan ciri, pendekatan psikodinamis, dan pendekatan humanistis. Pendekatan Ciri (Trait Theories). Allport adalah ahli teori ciri (trait theorist) yang paling berpengaruh. Menurut pandangannya, ciri merupakan bagian yang membentuk kepribadian, petunjuk jalanbagi tindakan, sumber keunikan individu.
Teori Psikodinamis (Psychodinamic Theorist). Freud menerangkan perbedaan kepribadian individual dengan mengemukakan bahwa orang menghadapi perangsang pokok secara berbeda-beda. Untuk menjelaskan perbedaan ini, ia menggambarkan pertentangan yang terus menerus antara dua bagian dari kepribadian, yaitu id dan superego, yang diperlukan oleh ego. Id ialah bagian dari kepribadian primitif dan tidak sabar, yang menjadi gudangperangsang pokok. Bagian ini bekerja secara tidak rasional dan implusif, tanpa mempertimbangkan apakah hal-hal yamg diinginkan itu mungkin atau dapat diterima secara moral. Superego adalah gudang nilai-nilai individu, termasuk sikapmoral yang dibentuk oleh masyarakat. Superego secara kasar dapat disamakan dengan hati nurani (conscience). Superego sering bertentangan dengan Id. Id ingin mengerjakan apa yang dirasa baik, sedangkan superego bersikeras mengerjakan apa yang dianggap “benar”. Ego berfungsi sebagai wasit pertentangan itu. Ego mewakili gambaran seseorang mengenai kenyataan fisik dan sosial, suatu gambaran mengenai apa yang akan menimbulkan sesuatu dan hal-hal yang mungkin terjadi dalam dunia yang dialaminya. Bagian dari tugas ego adalah memilih tindakan yang memberi tindakan yang memberi kepuasan kepada desakan hati tanpa menimbulkan akibat yang tidak dikehendaki.
Teori Humanistik (Humanistic Theories). Pandangan humanistis tentang pemahaman kepribadian dicirikan oleh penekanannya atas perkembangan dan perwujudan diri individu. Pendekatan Carl Rogers atas pemahaman kepribadian ialah humanistis atau berpusat padaorang (people-centered). Nasihatnya, kita harus mendengarkan apa yang orang katakan tentang diri mereka dan memperhatikan pandangan serta arti dari pengalaman orang-orang tersebut. Roges berkeyakinan bahwa perangsang organisme manusia yang paling mendasar ialah menuju perwujudan diri (self actualization), usaha keras yang konstan untuk mewujudkan potensi yang melekat pada dirinya.
Tempat Pengendalian (Locus of Control). Tempat pengendalian individu menentukan kadar sejauh mana mereka percaya bahwa perilaku mereka mempengaruhi apa yang terjadi terhadap mereka. Sebagian orang percaya bahwa mereka menjadi tuan atas nasib mereka. Mereka beranggapan bahwa pengendalian kehidupan mereka berasal dari dalam diri  mereka sendiri. Rotter menamakan orang-orang seperti ini sebagai orang-orang yang dikendalikan oleh kekuatan dari dalam diri mereka sendiri.